Selasa, 04 Mei 2010

Perjalanan Gila demi Anak-anak bangsa

postingan pertama tahun ini, maaf kalo kacau bahasanya, haaaa

Batur, Gerimis dan Ngantuk...kira kira 3 minggu yang lalu.
pagi yang seperti biasa di Batur, desa nan indah di pegunungan utara kota Banjarnegara, desa tempat saya di besarkan..
hmmm..pagi itu benar benar hari yang malas, dinginnya udara membuatku tidak bergairah menyentuh air, tapi ada pekerjaan biasa yang harus di laksanakan ( ini perintah bapak,,hmmm siap BOSS !! ), pekerjaan biasa yang menjenuhkan tapi lebih dari itu, perjalanan untuk ini ternyata luar biasa.
seperti yang sudah sudah, sebagai tukang foto keliling ( profesi turunan bokap ), setiap mendekati Ujian nasional sekolah, banyak jadwal keliling ke Sekolah-sekolah Dasar untuk pengambilan gambar anak kelas 6. hari ini giliran desa TIENG, whuuhhh,,,,denger namanya udah males, desa ini jauh pol-polan..kalo dihitung dengan jam, dari kecamatan Batur si jaraknya cuma sekitar 5 kiloan, tapi medanny itu, alamaakk...bikin spot sepeda motor..harus melewatkan 1 jam lebih untuk sampai ke tujuan.

Perjalanan di mulai dengan menyusuri ladang2 kentang, sejauh mata memandang, disitulah ladang kentang terhampar luas, cuaca hari itu cerah, tak terbayangkan, betapa indahnya pemandangan Batur saat itu, bukit dan gunung saling menyatu bergandengan, ladang lagi subur-suburnya, ada beberapa yang sedang panen, ahh menggugah selera untuk membidikan kamera sebenarnya, tapi apalah dengan waktu, saya harus memburunya untuk cepat cepat sampai Desa Tieng, takut kalo pulang kesiangan hujan, Dan sampailah saya pada jalan semi hotmik tapi udah rusak parah,,Gilaaa...ini jalan parah nian, kondisinya yang naik turun melengkapi keperkasaan Jupiter Z ku untuk terus melaju, melabrak bebatuan aspal yang sudah pecah dan amburadul, bahkan ada ynag teraduk dengan tanah,,waaaa...
Luar biasaa, saya membayangkan, betapa capeknya motor saya tentunya..tapi apalah, saya merasa bersyukur dan beruntung punya motor yang tangguh, hahah...(jadi terbersit batapa lelahnya perjuangan Bokap tempo dulu, demi ibu saya dan tentunya saya, Beliau rela berjalan kaki di medan seperti ini, sendiri lagi..) benar, jalanan ini sepi sekali, hampir setengah jam sudah dari rumah tak satupun manusia yang saya temui.Benar2 desa terpencil..

50 menit sudah, sekarang terlihat desa jauh di bawah sana, mungkin itu desa Tieng, alamak...desanya ngumpet gitu, dimana sekolahnya...nahhh tuh, dapetin 1 orang lewat, buru keluarin kamera berhenti sejenak dan Jepret..


Lanjut lagi perjalanan, tinggal turun aja, tuh nyampe di Desa Tieng.
ampuun...kirain tinggal turun doang, ternyata jalannya berkelok2 lagi dan masih mebuthkan waktu sekitar 15 menit, masyaAlloh, ternyata benar cari rejeki itu butuh perjuangan, selayaknya perjuangan anak-anak SD yang mau tak "jepret" itu dalam mencari selembar ijazah..tanda bukti kelulusan yang saya sendiri tidak tahu, apakah mereka merasa penting dengan itu, toh sekolah atau tidak sekolah, kelak mereka akan meneruskan orang tua sebagai petani ( setidaknya begitu, asumsi dengan kondisi medan yang sulit, perjalanan menuju ke sekolah tentulah dengan kaki berat..)

dan seperti inilah wajah wajah mereka..
 hmmmm....asal masih ada semangat, yang seperti inipun adalah para generasi penerus bangsa yang patut kita banggakan, coba saja...seorang Bupati Banjarnegar, Orang nomer 1 di Kota Dawet, mau, bersedia, dan sedikit saja meluangkan waktu kenegaraannya untuk sekedar berkunjung dan meninjau, bahwa masih banyak Desa tertinggal yang perlu di perhatikan.

Selesai tugas langsung pamit, dan cabut..
haaa,,,,saatnya menikmati pemandangan alam raya yang luar biasa,,,kembali melewati jalanan yang super parah,. capek juga tangan ngegas plus nahan stang,,,tapi sedikit terobati lelahnya, berjalan pelan2 dan sesekali berhenti, saya menikmati aroma pegunungan yang begitu anyep, sejuk dan hmmmm....(mungkin keadaan surga seperti ini, atau bisa jadi jauh melebihi ini) masyaAlloh...Air terjun itu...di sela perbukitan dan lembah-lembah, saya tak kuasa menahan takjub, ingin rasanya menuju kesana kembali, seperti jaman SD dulu, bersama teman-teman pernah bebarapa kali main ke curug itu dengan berjalan kaki. waaahhhh..
 ada 2 curug di antara 2 bukit kembar, satu bikitnya gak kelihatan di foto, ketutup kabut yang sudah mulai turun, dan sepertinya mau hujan, harus cepat-cepat ngegas, sebelum membayangkan bagaimana kondisi jalan ini kalau hujan, pasti sulit dan bisa-bisa sampai rumah sore..

liat kanan kiri dan jauh kedepan, dari berangkat sampai pulang kok gak ketemu orang ya...serem juga ni jalan, apalagi kalo malem ??
eh ketemu orang, berhenti lagi sejenak, siap ambil kamera, dan...mbak mbak..berhenti sebentar ya saya foto...
yaah,,,si adek ketakutan, mbak mbaknya juga malu-malu, padahal saya pikir penampilan saya cukup OKE, begitulah, biarpun motret ke Desa harus tetap rapi mendekati necis, sepatu kets licin, rambut sedikit keatas, dan apalagi dengan kacamatku yang baru membuatku lebih ganteng saat itu ( setidakknya leb ih dari biasanya, dan aku meras begitu.)
mbak mau kemana mbak ???

yahh si mbak'e lari lagi,..
tak terasa, waktu menunjukan pukul 11.30..pulang saja lah, sambil berharap tahun depat motret ke sekolah ini lagi, tadi gak sempet motret gedung sekolahnya si..
sebelum berjalan pulang foto dulu ladang yang mau ketutup kabut..hiiaaaa...kabut menyerang,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar